waktuku bukan waktuNya

Kamis, 25 November 2010
Waktu kecil gua suka pergi les naik angkot, kalo lagi males jalan. Di dalem mobil angkot itu, ditempel harganya. Disitu ditulis, jauh 1000, dekat 500. Perjalanan gua dari depan gang rumah ke tempat les menurut gua yg waktu itu masih kecil tergolong dekat, jadi begitu turun gua cuma ngasih 500 perak. Tapi ternyata menurut si sopir angkot, perjalanan gua itu tergolong jauh. Makanya abis gua kasih 500, dia masih tereak2 manggil gua sambil bilang kalp duitnya kurang 500 lagi. Karena waktu itu gua masih kecil, jadi setiap si sopir manggil gua cuekin, langsung nyelonong pergi.

Terkadang pemikiran setiap orang itu berbeda2. Buat beberapa orang, perempuan yang belum menikah di usia 30 itu suatu aib, pasti banyak yg akan mencibir dan menanyakan "kapan nikah?" Tapi buat sebagian perempuan, terutama wanita karir, hal itu wajar. Toh kalo memang jodohnya belom datang, untuk apa memaksa harus menikah.

Begitu juga apa yang kita pikirkan dengan apa yang Tuhan pikirkan. Mungkin menurut kita, melangkah ke kanan adalah langkah yang tepat, tapi belom tentu menurut Tuhan. Bisa aja Tuhan bilang, ke kiri adalah langkah yang benar. Dan yang harus kita lakukan sebelum melangkah adalah bertanya kepada Tuhan, apakah langkah yang akan kita ambil itu sudah tepat atau belum.

Sama juga dengan waktu. Waktu kita bukanlah waktu Tuhan. Waktu Tuhan adalah apa yang baik menurut Dia. Seorang teman pernah menulis di statusnya, "kita seringkali lupa kalau Tuhan itu tidak punya jam tangan." yang berarti Tuhan punya waktuNya sendiri. Begitu juga dengan kita perempuan, seringkali kita punya target untuk menikah di usia 25 atau ketika sudah lewat 25, ingin menikah di usia 30. Kita punya target waktu, tapi Tuhan punya target waktu sendiri untuk kita. Dan Dia tahu mana yang terbaik untuk kita.

Tapi percayalah satu hal, semua akan indah pada waktuNya.

0 komentar:

 
 

© 2010 warna-warni diriku, Design by DzigNine
In collaboration with Breaking News, Trucks, SUV