tanda tanya "?"

Selasa, 12 April 2011
"Manusia tidak hidup sendirian di dunia ini, tapi di jalan setapaknya masing-masing. Semua jalan setapak itu berbeda-beda, namun menuju ke arah yang sama, mencari satu hal yang sama, dengan satu tujuan yang sama, yaitu Tuhan."


Untuk review kali ini, tulisannya agak panjang yah. Jadi siapkan pop corn kalian.

Dengan judulnya yang hanya sebuah tanda baca, Hanung Bramantyo berhasil membuat gua penasaran untuk menonton filmnya. Yup, judulnya "?" sebuah tanda tanya. Judul yang menggelitik rasa penasaran orang untuk menontonnya. Sebelumnya, gua tulis d
ulu sinopsis ceritanya disini.


Film ini bercerita tentang tiga keluarga dengan latar belakang, kebudayaan, dan agama yang berbeda. Keluarga pertama adalah Tan Kat Sun (Hengky Solaiman) yang
memiliki restoran cina. Tan Kat Sun sendiri sangat menghormati agama lain di lingkungannya. Di restorannya juga menjual makanan halal, peralatan makannya pun dipisah. Dan ketika hari raya lebaran tiba, pegawainya diberi ijin selama 5 hari. Tan Kat Sun sendiri memiliki seorang anak bernama Ping Hen atau Hendra (Rio Dewanto). Hendra diperlihatkan sebagai anak yang labil dan emosian, terutama jika diejek "cina" oleh orang-orang di sekelilingnya.

Keluarga kedua adalah Soleh (Reza Rahadian) yang pengangguran dan istrinya Menuk (Revalina S Temat). Sebuah keluarga yang terhimpit masalah keuangan. Soleh merasa gagal sebagai kelapa keluarga. Beruntung istrinya bekerja di restorannya Tan Kat Sun, sehingg
a bisa membantu ekonomi keluarganya.

Dan keluarga ketiga adalah seorang janda yang ditinggal suaminya menikah lagi, Rika (Endhita) dengan seorang anak bernama Abi (ga tau nama aslinya siapa). Diceritakan Rika baru saja pindah agama. Selain harus beradaptasi dengan agama barunya, Rika ju
ga harus menerima gunjingan banyak orang tentang keputusannya untuk pindah agama, sambil tetap membesarkan anak satu-satunya. Rika dipertemukan dengan Surya (Agus Kuncoro) yang lelah menjadi figuran terus menerus. Dan ketika Surya mendapat peran utama dalam sebuah drama pementasan, dia harus menghadapi pergumulan dengan keyakinannya yang bertubrukan.

Ketiga kisah keluarga tersebut dirangkai secara menarik oleh Hanung. Film ini jelas bukan film main-main. Film ini didukung oleh banyak nama besar, seperti Titien Wattimena sebagai script writer, Tya Subiakto sebagai penata musik, dan Yadi Sugandi sebagai sinematografer.

Film ini diangkat dari issue-issue sosial yang belakangan beredar di masyarakat. Pemboman gereja di malam natal, konflik antar umat beragama, dan konflik antar suku. Salut buat Hanung yang berani mengangkat issue sensitif ini. Keunikan dari film ini adalah tidak adanya pemeran utama. Masing-masing pemain memiliki porsinya sendiri, dan mereka m
emerankan dengan cukup baik. Terutama Agus Kuncoro, aktingnya luar biasa. Emosinya, pergumulannya, pertentangan keyakinannya ditunjukkan dengan sangat baik namun tidak berlebihan. Potongan-potongan adegan yang ditampilkan membuat film ini tidak membosankan.

Dan pada akhirnya gua ngerti kenapa Hanung hanya memberi judul "?" Seperti yang Hanung bilang, "dengan cerita seperti ini, judul apakah yang pas. jika memakai judul yang salah bisa-bisa menimbulkan kontroversi." Memang sebuah tanda tanya cuku
p mewakili cerita tentang toleransi antar umat beragama. Karena pada akhirnya kita tetap dihadapkan pada sebuah pertanyaan, "kapan ini semua akan berakhir?" "kapan perbedaan diantara kita akan membawa kedamaian?" Pertanyaan-pertanyaan yang ga akan pernah habis ditanyakan, dan entah apa jawabannya.

Hanya saja sangat disayangkan, nampaknya Hanung mencari aman unt
uk ending film ini. Hanung membiarkan masing-masing kisah bergabung untuk menjadi satu kesatuan. Padahal alur ceritanya tertata dengan sangat baik. Terlepas dari endingnya yang mengganggu, film ini juga memiliki visual yang menarik. Mata kita seakan-akan dimanjakan oleh gambar-gambar indah dengan angle-angle yang bagus. Sinematografernya memotret setiap adegan dengan sangat baik.

Well, akhirnya ada juga film Indonesia yang berkualitas di tahun ini. Jika kalian bosan dengan hantu-hantu yang gentayangan di bioskop kita ini, tontonlah film i
ni. Dijamin puas.

Dan untuk Glenn Fredly yang juga main di film ini, "bro, mendingan lu nyanyi aja deh."

Btw, si pacar pernah main drama bareng om Hengky Solaiman loh di gereja.

1 komentar:

{ Fellexandro Ruby } at: 26 April 2011 pukul 07.14 mengatakan...

Menarik nih, jadi pengen nonton abis baca reviewnya. Memang isu toleransi gini perlu banget dibahas untuk Indonesia yang lebih melek sama kaum minoritas walaupun mayoritas muslim.

 
 

© 2010 warna-warni diriku, Design by DzigNine
In collaboration with Breaking News, Trucks, SUV